Refleksi 2019: Pergeseran Perilaku Beragama (2)

Ivan Pamuji
2 min readJan 5, 2020

--

Agama adalah keyakinan yang sifatnya sakral, suci dan sangat personal. Itu adalah definisi agama bagi saya pribadi. Namun dalam pengamalan dan pengalaman yang terjadi selama tahun kemarin, ada sedikit pergeseran-pergeseran perilaku beragama di masyarakat kita.

Andreea Ch/Pexels

Keberagamaan Kita Hari Ini

Agama seharusnya membawa kebaikan, kesejukan dan kenyamanan bagi para pemeluknya, juga orang-orang di sekitarnya. Namun, nilai-nilai keagamaan hari ini, yang ada malah semakin mudah ditarik ke sana ke mari tergantung kepentingan apa yang sedang dibawa.

Agama yang seharusnya mendamaikan, ironisnya malah seringkali menjadi “penyebab” perpecahan dan permusuhan. Entah karena perbedaan pemahaman atau perbedaan kelompok. Intinya selalu sama, mengaku paling benar dan menyalahkan pihak yang berseberangan.

Intoleransi masih menjadi momok keberagamaan di negeri ini. Entah bagaimana ceritanya, negeri yang semulai damai dan serba hidup berdampingan. Kini harus hidup sedemikian eksklusif dan bersekat-sekat. Sialnya, hal ini didukung pula dengan hadirnya aturan-aturan formal yang mendiskriminasi.

Maka tidak heran muncul kutub baru, kutub “tidak beragama”. Mau mengakui atau tidak, namun saya melihat ada itu. Saling mencemooh dan menertawakan kelompok masing-masing. Itu pun seringkali dilihat oleh kita secara ekstrem. Serba hitam dan putih. Kalau tidak tampil relijius dan menjalankan perintah-perintah agama, label-label yang terdengar tidak mengenakan dengan mudah dikeluarkan dibanding ajakan-ajakan kebaikan yang menenangkan. Begitu pula kalau tampil relijius, ada label-label yang mendiskreditkan si pemeluk agamanya. Sudah ada prasangka dan masyarakat kita saat ini jauh dari adil dalam melihat keberagamaan orang lain.

Segala keributan dan perdebatan yang terus terjadi hanya menghasilkan kebisingan yang tidak produktif dan jauh dari esensi. Nilai-nilai utama yang diajarkan agama hilang oleh gesekan, perbedaan dan kepentingan. Hal ini amat sangat disayangkan. Hal-hal seremonial diagung-agungkan, yang substansial diabaikan. Perilaku beragama orang lain kita nilai habis-habisan, sampai lupa pada diri sendiri.

Saya juga belajar banyak dan memilih untuk menarik diri lebih jauh. Enggan terlibat dengan segala kebisingan yang ujung-ujungnya hanya memuaskan ego dan selalu gagal mendamaikan hati dan pikiran. Belajar dari tahun lalu, saya bisa melihat lebih jernih dan merefleksikan kembali nilai-nilai agama yang berporos pada kebaikan. Pada akhirnya, semua kembali ke diri sendiri. Pilihan ini juga saya ambil karena saya memilih untuk berhati-hati.

Saya takut, di kemudian hari ketika diminta pertanggung jawaban, saya melakukan dan mengamalkan jauh lebih sedikit dibanding apa yang saya katakan dan ucapkan mengenai keyakinan yang saya peluk.

Semoga kita semua selalu diselimuti kebagian dan selalu mendapatkan ridho-Nya.

Refleksi 2019 ini terdiri dari tiga bagian, bagian selanjutnya adalah bagian terakhir yang berisi tentang harapan, karir dan pengembangan diri.

--

--